Model Debat
ternyata tidak hanya bisa digunakan dalam perlombaan atau kompetisi saja,
tetapi juga dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Namun, dalam
penggunaan model debat ini harus disesuaikan dengan materi yang dipelajari.
Tidak semua
topik materi bisa menggunakan model debat ini, karena harus ada kelompok pro
dan kontra atas satu topik tertentu. Misalnya saja, dalam mata kuliah
perkembangan peserta didik, terdapat topik kemampuan inteligensi peserta didik
usia dewasa. Di dalam materi tersebut terdapat pertanyaan apakah inteligensi
seseorang akan berkurang seiring bertambahnya usia? Ada yang menjawab ‘ya’
tetapi ada juga yang menjawab ‘tidak’.
Apabila
kondisinya seperti tersebut di atas, maka model pembelajaran debat bisa
dilaksanakan. Anda bisa mencari topik materi lain yang sesuai dengan mata
kuliah atau mata pelajaran yang anda ampu.
Model
Pembelajaran Debat sendiri diartikan sebagai sebuah model pembelajaran di mana
peserta didik dibagi menjadi dua kelompok (satu kelompok pro dan satu kelompok
kontra) untuk ‘beradu’ argument atas satu topik tertentu.
Ilustrasi Model Pembelajaran Debat via darmajaya.ac.id |
Model
pembelajaran Debat ini juga bisa digunakan untuk menghidupkan suasana kelas,
sehingga diharapkan bisa meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Selain
itu, model pembelajaran debat juga dapat mendorong peserta didik untuk bekerja
sama dalam satu kelompok.
Adapun
langkah-langkah model pembelajaran debat ini adalah sebagai berikut:
- Guru/dosen membagi peserta didik 2 kelompok peserta debat (satu pro dan satu kontra)
- Guru/dosen memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok tersebut
- Setelah selesai membaca materi, Guru/dosen menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
- Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya, guru/dosen menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
- Guru/dosen menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
- Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru/dosen mengajak peserta didik membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Langkah-langkah
tersebut di atas masih bisa dimodifikasi tergantung pada kebutuhan, misalnya
saja pada pertemuan ini dibentuk 2 kelompok, namun proses debat dilaksanakan
minggu pada pertemuan minggu depan, sehingga peserta didik lebih matang dalam
menyusun materi untuk debat.
Demikian sedikit informasi tentang model
pembelajaran debat, semoga bisa membantu para guru dalam upaya meningkatkan
kualitas proses pembelajaran. Selamat mencoba…