Pengecer (retailer) dapat digolongkan berdasarkan
beberapa faktor berikut: 1) ukuran toko, 2) banyaknya product line, 3) lokasi
geografis, 4) bentuk pemilikan, dan 5) metode operasinya. Dalam artikel ini
kita akan membahas penggolongan pengecer berdasarkan ukuran tokonya.
Untuk mengetahui ukuran
toko dapatlah dilihat volume penjualannya, sehingga masing-masing pengecer
mempunyai ukuran yang berbeda-beda dengan masalah-masalah manajemen yang
berbeda pula.
Kegiatan-kegiatan
seperti promosi, pembelanjaan, pembelian, personalia, dan pengawasan biaya
dipengaruhi oleh besaran volume penjualan toko tersebut.
Berdasarkan ukuran
tokonya, pengecer digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
- Pengecer kecil (small scale retailer)
- Pengecer besar (large scale retailer)
Posisi persaingan
diantara kedua pengecer tersebut dapat dinilai menurut faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Pembagian Tenaga
Kerjanya
Dalam hal ini pengecer
besar lebih mampu mempekerjakan tenaga spesialis misalnya untuk bagian
pembelian, promosi dan akuntansi. Sedangkan pada pengecer kecil tidaklah
demikian. Hal ini disebabkan oleh tersedianya dana yang lebih kecil.
Contoh Pengecer Besar via molon.de |
2. Fleksibilitas
Operasinya
Pada umumnya, toko-toko
kecil menjalankan praktik manajemen yang lebih fleksibel dibandingkan dengan
toko-toko besar. Disamping jumlah tenaga kerjanya yang lebih sedikit, juga
beberapa fungsi dipegang oleh satu orang (pimpinan).
3. Daya Beli
Pengecer besar memiliki
daya beli yang lebih besar dibandingkan dengan pengecer kecil. Semakin besar
daya beli mereka, semakin besar pula jumlah yang mungkin mereka beli, sehingga
dapat memperoleh potongan yang lebih besar dalam pembelian barang yang akan
dijualnya.
Contoh Pengecer Kecil via bisnisukm.com |
4. Periklanan
Dalam hal periklanan,
toko-toko besar dapat menggunakannya secara lebih efektif dibandingkan dengan
toko-toko kecil.
5. Merk Pengecer
Pengecer besar
mempunyai posisi yang lebih baik dalam mengembangkan dan mempertahankan
merk-nya.
6. Kemampuan Keuangan
Biasanya pengecer besar
mempunyai posisi keuangan yang lebih baik. Mereka lebih mudah dalam memperoleh
dana dari pemilik (penanam modal) atau kreditur. Karena posisi keuangannya kuat
maka memungkinkan bagi mereka untuk memberikan potongan tunai kepada pembeli.
Selain itu, mereka juga akan memperoleh kepercayaan dalam penyaluran barang
dari produsen.
7. Integrasi Horizontal
dan Vertikal
Kadang-kadang dapat
terjadi bahwa fungsi perdagangan besar dilakukan juga oleh pengecer besar;
bahkan kegiatan pemasaran produsen dapat dilakukannya. Hal ini akan menimbulkan
adanya integrasi vertikal. Jika pengecer besar tersebut mejual barang yang
dihasilkan oleh beberapa produsen dengan merk yang berbeda-beda, maka akan
terjadi integrasi horizontal.
8. Biaya Operasi
Secara umum, pengecer
besar mempunyai perbandingan biaya operasi yang lebih besar daripada pengecer
kecil. Pengecer besar juga mempunyai persentase yang lebih besar dalam
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja selain penjual.
9. Pengujian, Inovasi dan
Riset Pemasaran
Karena mempunyai
kemampuan keuangan yang lebih besar, maka
pengecer besar lebih mampu mengadakan pengujian barang, inovasi dan
riset pemasaran.
10. Pertimbangan Hukum
Dari segi hukum, sering
pengecer tidak dapat secara bebas menentukan harga jual eceran barang hasil
produsennya. Hal ini disebabkan karena adanya suatu peraturan atau perjanjian
yang menetapkan harga minimum pada tingkat pengecer.
Sumber:
Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing.
Yogyakarta: Liberty.
0 comments:
Post a Comment