Mengapa sapi tidak punah? Melihat judul ini mungkin banyak dari anda yang bertanya-tanya, apa
hubungannya sapi dengan pendidikan? Apa hubungannya sapi dengan ekonomi? Apa
hubungannya sapi dengan pendidikan ekonomi?
Sebenarnya pembahasan
mengapa sapi tidak punah ini merupakan salah satu bagian dari bab yang ada
dalam mata kuliah pengantar ilmu ekonomi, yaitu pada bab “Barang Publik dan
Sumber Daya Milik Bersama”.
Selain itu, kajian ilmu
ekonomi memang sangat luas, tidak hanya sebatas pada pembahasan uang. Kita tahu
bahwa arti “ekonomi” adalah “peraturan rumah tangga”. Sedangkan menurut Mankiw
(2012) “economics is the study of how society manages its scarce resources”.
Sehingga apabila kita
sudah paham dengan konsep dasar perekonomian tersebut, kita tidak akan heran
apabila pembahasan tentang “mengapa sapi tidak punah?” masuk dalam kajian ilmu
ekonomi.
Kisah ini dimulai dari
banyaknya spesies hewan yang terancam punah seiring berjalannya waktu. Mankiw
(2012) menceritakan:
“When Europeans first arrived in North America, more than 60 million buffalo roamed the continent. Yet hunting the buffalo was so popular during the 19th century that by 1900 the animal’s population had fallen to about 400 before the government stepped in to protect the species. In some African countries today, the elephant faces a similar challenge, as poachers kill the animals for the ivory in their tusks”
Kita bisa melihat bahwa
spesies gajah di Afrika hampir punah karena banyak orang yang memburu gajah
untuk mendapatkan gadingnya. Namun, jika dibandingkan dengan sapi, justru
berbanding terbalik. Spesies sapi tetap bertahan sampai saat ini meskipun
banyak orang yang mengkonsumsi dagingnya.
Bisa dikatakan semakin
banyak orang yang mengkonsumsi daging sapi, justru dapat menjamin kelangsungan
hidup (perkembangbiakan) sapi tersebut. Berbeda dengan gajah, semakin tinggi
nilai komersial gading gajah, justru akan mengancam kelangsungan hidup
(perkembangbiakan) gajah tersebut.
Lalu, perbedaan apa
yang dimiliki oleh kedua spesies hewan tersebut?
Jawabannya adalah
karena “that elephants are a common resource,
whereas cows are a private good” (karena gajah merupakan sumber daya milik
bersama, sedangkan sapi adalah barang swasta) (Mankiw, 2012).
Apa bedanya sumber daya
milik bersama dengan barang swasta?? Silakan lihat pembahasan ini dalah artikel
“Berbagai Jenis Barang dalam Perekonomian”.
Gajah bebas berkeliaran
tanpa pemilik. Setiap pemburu gelap memiliki keinginan kuat untuk membunuh
gajah sebanyak yang mereka temukan. Karena jumlah pemburu gelap banyak, setiap
pemburu gelap memiliki sedikit keinginan untuk menjaga populasi gajah.
Sebaliknya, sapi hidup
di peternakan yang dimiliki oleh swasta. Setiap pemilik peternakan berusaha
sebaik mungkin untuk menjaga populasi di peternakannya, karena ia memperoleh
manfaat dari upaya tersebut.
Pemerintah di beberapa
negara di Afrika telah menetapkan kebijakan untuk mengatasi masalah terancamnya
gajah dengan 2 cara. Di sebagian negara seperti Kenya, Tanzania dan Uganda,
pemerintah di negara tersebut menerapkan kebijakan dengan melarang membunuh
gajah dan menjual gadingnya.
Namun, kebijakan
tersebut tidak membawa dampak yang signifikan untuk perkembangan populasi
gajah. Peraturan tersebut sulit ditegakkan, karena masih banyak pemburu gelap
yang melanggarnya.
Kebijakan ke-2
diterapkan di negara seperti Botswana, Malawi, Namibia, dan Zimbabwe. Kebijakan
tersebut adalah menjadikan gajah sebagai barang swasta (seperti halnya sapi)
dan memperbolehkan orang membunuh gajah, tetapi hanya gajah yang ada di tanah
mereka sendiri.
Kebijakan yang ke-2
inilah yang membawa dampak signifikan pada peningkatan populasi gajah di
Afrika. Mankiw (2012) mengatakan “with
private ownership and the profit motive now on its side, the African elephant
might someday be as safe from extinction as the cow”. Apabila Indonesia
ingin melindungi beberapa jenis hewan tertentu, mungkin kebijakan seperti di Botswana,
Malawi, Namibia, dan Zimbabwe ini bisa diterapkan.
Referensi:
Mankiw, N. Gregory. 2012. Principles of Microeconomics: 6th Edition. South-Western Cengage
Learning.
0 comments:
Post a Comment