Pada
artikel sebelumnya telah dijelaskan bahwa komunikasi itu merupakan suatu proses
penyampaian ide, gagasan, pikiran dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang.
Dari
batasan komunikasi tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa komunikasi yang
terjadi itu paling tidak akan melibatkan, seseorang yang menyampaikan ide, ide
itu sendiri atau berita yang disam-paikan, alat yang digunakan untuk
menyampaikan ide dan orang yang menerima berita.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi itu akan terdiri dari 4 (empat)
unsur. Keempat unsur (komponen) komunikasi tersebut adalah:
1. Komunikator
Yaitu sumber
atau asal komunikasi. Atau dengan kata lain seseorang yang menyampaikan
prakarsa untuk berkomunikasi. Dalam bahasa lain juga dapat disebut sebagai
orang yang menyampaikan berita.
2. Berita
Artinya
pengertian dari komunikator yang penyampaiannya diubah menjadi lambang. Adapun
lambang tersebut dapat berupa gerakan, suara, sinar atau bahasa manusia (bahasa
lisan maupun tertulis). Lambang yang berupa gerakan, suara, dan sinar dimiliki
pula oleh binatang. Seperti suara gangsir dalam liangnya bermaksud memanggil
betinanya. Sedangkan bahasa yang menggunakan nama-nama dari setiap benda,
perbuatan, perasaan, hubungan dan lain sebagainya hanya dimiliki oleh manusia.
3. Saluran
Yang dimaksud
saluran dalam komunikasi adalah sarana tempat berlalunya lambang-lambang
tersebut. Saluran tersebut berupa pendengaran, untuk berlakunya lambang yang
berupa suara. Penglihatan untuk berlakunya lambing yang berupa sinar atau pemantulan
sinar. Penciuman untuk berlakunya lambang-lambang yang berupa bau-bauan dan
rabaan untuk lambang-lambang yang berupa rangsang rabaan.
Sumber gambar: yunitekpend.blogspot.com |
4. Reseptor
Yaitu orang yang
menerima berita (lambing pengertian).
Atau dengan lain perkataan reseptor adalah sasaran dari komunikasi (komunikan).
Lambang-lambang pengertian yang disampaikan oleh komunikator tersebut oleh
reseptor (penerima) diterjemahkan atau ditafsirkan.
Adapun
penerimaan tersebut dapat melalui pendengaran, penglihatan dan sebagainya.
Sebagai contoh gerakan tangan lurus ke depan dengan tapak jari lurus ke atas,
oleh reseptor (penerima berita) ditafsirkan sebagai menyuruh berhenti. Sinar
lampu merah yang ada di perempatan jalan juga ditafsirkan menyuruh berhenti dan
lain sebagainya.
Komunikasi
tersebut akan dikatakan berhasil jikalau tafsiran (terjemahan) reseptor/penerima
dapat menerima maksud si komunikator. Bila tidak, maka komunikasi tersebut
belum dikatakan berhasil. Sebagai contoh ada seorang dari daerah Surakarta yang
bekerja di Cirebon, la mondok di rumah orang Cirebon asli.
Pada waktu sore
hari ibu tuan rumah berkata, "Nak monggo menawi bade glelengan".
Orang dari daerah Surakarta tersebut rnendengar kata gelengan tersebut
terkejut. Sebab glelengan menurut orang Jawa (Surakarta) adalah kurang ajar. Ternyata
menurut bahasa Cirebon glelengan artinya (mempunyai makna) tiduran. Contoh
serupa seperti amis bahasa Sunda berarti manis, sedangkan bahasa Jawa amis
memiliki arti bau ikan yang tidak sedap rasanya. Dan masih banyak lagi
contoh-contoh serupa.
Sumber:
Dr. Hery Sawiji,
M.Pd. (Dosen S-1 dan S-2 Pendidikan Ekonomi FKIP UNS) dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Perkantoran