Alasan mengenai
Pentingnya Pendidikan Kewirausahaan dididikkan dan diintegrasikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia diawali dengan melihat realita kondisi
Indonesia yang terpuruk.
Beberapa
diantaranya adalah masih banyaknya pengangguran di Indonesia (termasuk di
dalamnya lulusan perguruan tinggi baik jenjang D3 maupun S1), SDM di Indonesia
kurang mampu bersaing, rendahnya perilaku dan jiwa wirausaha, dan sebagainya.
Baca: Pengangguran dan Tingkat Pengangguran di Indonesia!
Solusi dari
masalah-masalah di atas adalah wirausaha, tetapi jumlah wirausaha di Indonesia
masih sangat sedikit yaitu sekitar 1,5 – 1,6% dari jumlah penduduknya (data
tahun 2013). Padahal, suatu negara dikatakan maju apabila negara tersebut
memiliki jumlah minimum wirausaha sebesar 2% dari penduduknya.
Berdasarkan
realita tersebut, maka Indonesia sangat membutuhkan wirausaha-wirausaha baru
untuk mendukung pencapaian tujuan dan kemandirian bangsa. Dibutuhkan penanaman
nilai-nilai kewirausahaan bagi generasi muda Indonesia agar mampu menjadi
wirausaha-wirausaha baru yang mampu mendukung pencapaian tujuan dan kemandirian
bangsa.
Penanaman
nilai-nilai kewirausahaan ini dapat dilakukan dengan pendidikan kewirausahaan.
Namun, proses penanaman nilai-nilai kewirausahaan kepada generasi muda ini
tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat, sehingga pendidikan
kewirausahaan sangat penting diintegrasikan pada semua jenjang pendidikan di
Indonesia.
Selain beberapa
hal di atas, pendidikan kewirausahaan juga dapat digunakan untuk membentuk
karakter peserta didik. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kondisi karakter
siswa di Indonesia sekarang ini cukup memprihatinkan. Banyak pelajar yang masih
duduk di bangku SMP sudah menggunakan narkoba, merokok, menjadi mucikari, dan
sebagainya.
Nilai-nilai
karakter atau budi pekerti luhur tampaknya sudah mulai luntur. Diperlukan
implementasi pendidikan karakter agar permasalahan tersebut tidak
berlarut-larut dan semakin parah. Penanaman nilai-nilai di dalam pendidikan
kewirausahaan merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk
implementasi pendidikan karakter tersebut.
M. Scarborough
dan Thomas W. Zimmerer dalam Wiedy Murtini (2011) mengemukakan delapan nilai kewirausahaan
sebagai berikut:
- Desire for responsibility, memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
- Preference for moderate risk, lebih memilih resiko moderat, artinya selalu menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
- Confidence in their ability to success, memiliki kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
- Desire for immediate feedback, selalu menghendaki umpan balik dengan segera.
- High level of energy, memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
- Future orientation, berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
- Skill at organizing, memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
- Value of achievement over money, lebih menghargai prestasi daripada uang.
Menurut Buchari
Alma (2011) nilai-nilai kewirausahaan tersebut antara lain:
- Percaya Diri, indikatornya: penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin dan tanggung jawab.
- Inisiatif, indikatornya: energik, cekatan dalam bertindak, dan aktif.
- Memiliki Motif Berprestasi, indikatornya: orientasi pada hasil dan wawasan ke depan.
- Memiliki Jiwa Pemimpin, indikatornya: dapat dipercaya, tangguh dalam bertindak.
- Berani, indikatornya: harus bertindak cepat dalam mengambil resiko dengan penuh perhitungan.
- Orisinalitas, indikatornya diantaranya: punya referensi yang cukup, tidak menyontek/plagiat.
Penanaman
nilai-nilai tersebut dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai
pendidikan kewirausahaan tersebut ke dalam kurikulum yang digunakan,
diintegrasikan dalam mata pelajaran, tidak serta merta harus melalui mata
pelajaran kewirausahaan.
0 comments:
Post a Comment