Terdapat
beberapa perbedaan pendapat di antara para ahli terkait dengan Isi Kurikulum Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewirausahaan. Beberapa peneliti menyarankan
bahwa pendidikan kewirausahaan harus mengandung teori stres dan prinsip-prinsip
kewirausahaan, karena hal tersebut ini berguna untuk mengembangkan keterampilan
kognitif siswa (Fiet, 2001a; 2001b).
Namun,
ahli lain berargumen bahwa pendekatan pembelajaran kewirausahaan berbasis
tindakan (fokus pada praktik) lebih valid (Hostager & Decker, 1999; Ireland
et al., 2001; Johannisson et al., 1998). Hal senada dikemukakan oleh Anderson
dan Jack (2008) bahwa pengajaran kewirausahaan harus menyoroti kedua aspek,
baik teoretis maupun praktis.
Knight
(1987) mengemukakan bahwa identifikasi peluang, pengembangan strategi, dan
alokasi sumber daya merupakan elemen kunci kewirausahaan dan semua ini harus
ditekankan dalam program pendidikan kewirausahaan.
Block
dan Stumpf (1992) mengusulkan bahwa pendidikan kewirausahaan harus mengandung
pengetahuan manajemen bisnis, termasuk analisis pasar dan perencanaan,
penentuan harga, strategi, analisis keuangan, kepemimpinan, sumber daya
manusia, serta teori dan keterampilan manajemen lainnya.
Pendidikan
kewirausahaan harus mencakup berbagai aspek baik manajemen bisnis dan
pengetahuan tentang bagaimana memulai bisnis baru. Ronstadt (1987) mengemukakan
bahwa pendidikan kewirausahaan harus mencakup hambatan untuk memulai bisnis
baru dan solusi untuk mengatasinya.
Pendidikan
kewirausahaan harus membekali siswa dengan keterampilan yang berbeda, termasuk
keterampilan kepemimpinan, kemampuan komunikasi, pengembangan produk baru,
inovasi (Hisrich & Peters, 1998; McMullan & Long, 1987; Plumly et al,
2008) serta teknologi komunikasi dan informasi (Richardson & Hynes, 2008).
Selain
itu, Hood dan Young (1993) berdasarkan pendapat dari 100 pengusaha dan kepala
pejabat eksekutif mengusulkan empat aspek utama untuk pendidikan kewirausahaan,
yaitu:
- Including content (e.g., finance/cash management, engineering &accounting),
- Skills (leadership, communication, and human relations) and behavior
- Mentality (e.g., creativity & opportunistic thinking)
- Personality (e.g., self-motivation and risktaking)
Dari
pendapat beberapa ahli di atas, program pendidikan kewirausahaan harus
menekankan serangkaian pengetahuan manajemen bisnis dan keterampilan (seperti
pemasaran, akuntansi, perencanaan bisnis baru, pengembangan produk baru,
pembiayaan dan operasi), memulai bisnis baru dan berinovasi.
Di
sisi lain, beberapa peneliti berpendapat bahwa pendidikan kewirausahaan harus
fokus pada memperkenalkan kewirausahaan sebagai karir alternatif (Donckels,
1991; Hills, 1988), sementara yang lain menekankan bahwa pendidikan
kewirausahaan harus berpusat di sekitar sumber modal ventura (Vesper &
McMullan, 1988), tantangan yang berkaitan dengan proses bertualang (Plaschka
& Welsch, 1990), dan eksploitasi peluang bisnis (DeTienne & Chandler,
2004; Gartner, 2001; Heinonen & Poikkijoki, 2006; Shane & Venkataraman,
2000; Solomon et al., 2002; Zahra & Dess, 2001).
Berdasarkan
uraian di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum pendidikan kewirausahaan tidak
hanya berisi tentang bagaimana memulai suatu usaha atau hanya sebatas berjualan
semata, tetapi lebih jauh lagi juga harus memasukkan unsur manajemen
pengelolaan usaha tersebut.
Hal
yang jauh lebih penting lagi adalah bahwa isi kurikulum pendidikan
kewirausahaan harus memasukkan unsur sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha (ex: berani, jujur, tanggung jawab, kepemimpinan, dsb.) yang
pada akhirnya dapat dijadikan sarana untuk membentuk karakter peserta didik.
Referensi:
Tung,
Lo Choi. 2011. The Impact of
Entrepreneurship Education on Entrepreneurial Intention of Engineering Students.
City University of Hongkong: Run Run Shaw Library.
0 comments:
Post a Comment