Dualisme Ekonomi
merupakan suatu konsep yang sering dibicarakan dalam mata kuliah Ekonomi
Pembangunan. Dualisme Ekonomi merupakan salah satu faktor penghambat dalam
pembangunan ekonomi.
Dualisme Ekonomi
merupakan sebuah konsep yang menunjukkan adanya perbedaan antara bangsa-bangsa
kaya dan miskin, dan perbedaan antara berbagai golongan masyarakat (Lincolin
Arsyad, 2010).
Dualisme Ekonomi
mempunyai 4 karakteristik pokok, sebagaimana dikemukakan oleh Lincolin Arsyad
(2010) yaitu sebagai berikut:
1. Dua keadaan yang
berbeda; satu keadaan bersifat superior dan yang lain bersifat inferior yang
hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
Contoh:
Berdampingannya
metode produksi modern di perkotaan dan metode produksi tradisional di
perdesaan. Contoh lain, berdampingannya negara industri yang kuat dan kaya
dengan negara-negara lemah dan miskin, dsb.
2. Sifat perbedaan
yang kronis, bukan transisional
Dua keadaan berdampingan
yang disebutkan di atas bukan semata-mata keadaaan yang bersifat sementara,
yang akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
Contoh:
Hidup
berdampingannya kemakmuran dan kemiskinan secara internasional bukanlah suatu
fenomena yang sederhana yang bisa hilang karena proses waktu semata.
3. Derajat
superioritas dan inferioritas tersebut tidak menunjukkan kecenderungan yang
menurun, bahkan terus meningkat.
Kesenjangan yang
terjadi antara dua keadaan tersebut justru semakin parah, negara superior makin
melejit maju, sedangkan negara inferior semakin terpuruk.
Contoh:
Perbedaan
produktivitas negara-negara maju dengan produktivitas negara berkembang.
4. Keterkaitan
antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukkan bahwa keadaan
unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil atau tidak berpengaruh sama
sekali dalam mengangkat derajat unsur inferior. Bahkan
kenyataannya, unsur superior tersebut seringkali justru menyebabkan timbulnya
kondisi keterbelakangan (underdevelopment).
Contoh:
Kita lihat di
negara kita ini, banyak pejabat yang korupsi (padahal sudah “kaya raya”)
sedangkan di sisi lain masih banyak masyarakat yang miskin.
Yang kaya makin
kaya, karena korupsi tersebut, sedangkan yang miskin makin miskin, karena uang
yang seharusnya diterimanya dikorupsi oleh si kaya tadi.
Sumber:
Lincolin Arsyad. 2010. Ekonomi Pembangunan: Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Lincolin Arsyad. 2010. Ekonomi Pembangunan: Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
0 comments:
Post a Comment