Setelah diketahui daur hidup sebuah produk, produsen akan
tahu kapan saat yang tepat untuk memulai berproduksi, yaitu:
1. First
in Last out
Produsen
memproduksi barang yang sebelumnya
tidak pernah ada dan tetap berada di pasar sampai tahap kemunduran, misal Perumka,
Pegadaian, dan PDAM.
2. First
in First out
Produsen
memproduksi barang dimulai pada saat perkenalan dan berhenti pada saat
kedewasaan, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keuntungan yang
semakin berkurang. Misal produk arloji merk Casio yang selalu mengeluarkan mode
terbaru.
3. Last
in Last out
Produsen
berproduksi pada tahap pertumbuhan, dan keluar pasar pada
tahap kemunduran. Produk yang dihasilkan biasanya memiliki daur bidup panjang
sehingga produksi dilakukan seefisien mungkin, volume besar, dan teknologi tinggi
dengan harga serendah mungkin. Tujuannya adalah untuk menghemat biaya perkenalan.
Pendekatan
tradisional untuk pengembangan produk dijabarkan dalam departemen-departemen
yang bekerja berdasarkan manajemen organisasi. Departemen-departemen tersebut
adalah sebagai berikut:
- Departemen penelitian dan pengembangan (litbang), bertugas melakukan penelitian terkait dengan produk yang akan dihasilkan
- Departemen rekayasa, bertugas untuk merancang produk
- Departemen rekayasa manufaktur, bertugas untuk merancang sebuah produk yang dapat diproduksi
- Departemen produksi, bertugas memproduksi produk yang telah lolos uji pada departemen sebelumnya.
Keunggulan
dari pendekatan ini adalah adanya tugas dan tanggung jawab yang tetap dari
masing-masing departemen. Sedangkan
kelemahannya adalah kekurangan adanya pemikiran di masa yang akan datang dalam
hal bagaimana departemen dibawahnya dalam proses berhadapan dengan konsep, ide,
dan desain yang disajikan, dan pada akhirnya pendapat para pelanggan terhadap
produk yang dihasilkan.
Pendekatan
kedua adalah dengan cara menugaskan seorang manajer produksi untuk memenangkan
produk melalui sistem pengembangan produk dan organisasi terkait. Sedangkan pendekatan pengembangan produk
ketiga adalah dengan menggunakan tim, yang dikenal sebagai tim pengembangan
produk, tim desain untuk kemampuan diproduksi, dan tim rekayasa nilai.
1. Tim Pengembangan Produk (Product Development Teams)
Tim pengembangan produk bertanggung
jawab untuk mengubah permintaan pasar menjadi sebuah produk yang dapat mencapai
keberhasilan produk. Tim ini terdiri dari perwakilan dari bagian pemasaran,
produksi, pembelian, penjaminan kualitas, dan karyawan pelayanan lapangan.
Juga dapat dimasukkan para penyedia
barang dan jasa. Tugas tim pengembangan produk adalah untuk membuat suatu
produk atau jasa yang sukses, yaitu yang dapat dipasarkan (marketability), dapat diproduksi (manufacturability), dan kemampuan untuk melakukan pelayanan (serviceability).
2. Rekayasa Menyeluruh (Concurrent Engineering)
Pada rekayasa menyeluruh, perusahaan
menggunakan tim yang mewakili semua bidang yang berpengaruh atau dikenal
sebagai tim lintas fungsi. Concurrent
engineering menunjukkan pengembangan produk yang lebih cepat melalui
kinerja simultan aspek yang beragam tentang pengembangan produk. Penggunaan tim
berpartisipasi dalam kegiatan desain dan rekayasa.
Kemampuan untuk diproduksi dan
rekayasa nilai (manufacturability and
value engineering) memperhatikan perbaikan desain dan spesifikasi pada
tahapan pengembangan produk mulai dari penelitian, pengembangan, desain, dan
produksi.
Selain pengurangan biaya nyata yang
langsung terlihat, desain agar barang dapat diproduksi dan rekayasa nilai juga
menghasilkan keuntungan lain, diantaranya adalah:
- Mengurangi kompleksitas produk
- Standardisaasi tambahan komponen
- Perbaikan aspek fungsional produk
- Memperbaiki desain pekerjaan dan keamanan pekerjaan
- Desain yang tangguh.
Kemampuan untuk diproduksi dan
rekayasa nilai merupakan alternatif terbaik dalam berproduksi untuk menghindari
biaya pada manajemen operasi. Hal ini dapat menghasilkan peningkatan nilai
dengan memusatkan perhatian untuk mencapai spesifikasi fungsional yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang optimum.
0 comments:
Post a Comment