Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Oleh karena itu, karakter adalah nilai
yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku
(Kemendiknas, 2010).
Sedangkan Scerenko dalam Muchlas Samani
dan Hariyanto (2012: 42) menyatakan bahwa ”karakter sebagai atribut atau
ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan
kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa”.
Mengacu dari berbagai pengertian dan
definisi karakter tersebut, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar
positif yang dimiliki seseorang, yang membedakannya dengan orang lain serta
diwujudkan dalam perilakunya sehari-hari.
Dalam pengertian sederhana pendidikan karakter adalah hal positif yang yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada pserta
didik yang diajarnya. Winton dalam Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 43)
mendefinisikan “pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya”.
Menurut Scerenko pendidikan karakter
dapat dimaknai sebagai “upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri
kepribadian positif dikembangkan , didorong dan diberdayakan melalui
keteladanan, kajian (sejarah, biografi para bijak dan pemikir besar), serta
praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang
diamati dan dipelajari)”.
Istilah pendidikan karakter masih
mengalami kerancuan pengertian di dalam masyarakat. Ketidaktepatan pemaknaan
terhadap pendidikan karakter antara lain: (a) pendidikan karakter sama dengan
mata pelajaran budi pekerti; (b) pendidikan karakter merupakan tanggung jawab
guru agama dan PKn dan (c) pembelajaran pendidikan karakter akan menjadi mata
pelajaran baru di kurikulum.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:
“character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 45)
mengungkapkan bahwa “pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan
kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa”.
Sedangkan Fakry Gaffar dalam Dharma
Kesuma, dkk (2012: 5) menyatakan bahwa “pendidikan karakter adalah sebuah
proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang
itu.”
Jadi, pendidikan karakter adalah proses
pengarahan dan pembimbingan terhadap peserta didik agar memiliki nilai dan
berperilaku yang baik, untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
Sumber:
Dharma Kesuma,
Cepi Triatna, Johar Permana. 2012. Pendidikan
Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muchlas Samani
dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
0 comments:
Post a Comment