Kasus:
Kenaikan harga menjelang Ramadhan dan Lebaran (Idul Fitri) adalah fenomena berulang yang seolah tak
terhindarkan bagi rakyat Indonesia. Sesuai hukum ekonomi, fenomena ini
sebenarnya wajar, di mana ada peningkatan permintaan, maka harga pun melonjak.
Pedagang pun tak mau kehilangan kesempatan untuk mengambil untung lebih besar.
Tapi tak urung hal ini meresahkan masyarakat, terutama mereka yang
berpenghasilan minim.
Analisis:
Dari
kasus diatas kelompok kami menganalisis adanya Penyebab Terjadinya Kenaikan Harga Bahan Pokok Menjelang Lebaran (Idul Fitri) disebabkan karena:
1. Hukum Permintaan dan Penawaran
Salah
satu hal yang menyebabkan harga barang terus merangkak naik adalah prinsip ”supply dan demand”. Seperti salah satu hukum ekonomi yang mengatakan bahwa
apabila permintaan meningkat dan barang tidak ada maka akan cenderung terjadi
kenaikan harga barang.
Hal
ini bisa dilihat dari waktu terjadinya kenaikan harga. Kenaikan harga suatu
barang sebagain besar terjadi karena faktor gagal panen. Mungkin masih segar di
ingatan kita saat harga cabe
melonjak drastis.
Harga cabe ini naik karena terjadi gagal panen pada petani cabe akibat cuaca
buruk.
Saat
ini harga beras terus melonjak naik hal ini disebabkan banyak petani beras yang
gagal panen. Gagal panen ini menyebabkan jumlah beras di pasar menurun
sedangkan permintaan tetap atau mungkin bertambah karena menjelang puasa. Saat menjelang puasa, harga barang terus melonjak naik karena jumlah permintaan
terus meningkat sedangkan jumlah barang tetap atau cenderung berkurang.
Perlu
analisis dari sisi supply, mengapa supply berkurang. Saat menjelang puasa
seperti ini banyak orang di daerah jawa yang melakukan ritual “kirim doa”
kepada para kerabatnya yang telah meninggal. Ritual ini berupa syukuran dengan
mengundang para tetangga dan kerabat ke rumah untuk berdoa bersama-sama
mendoakan sanak saudara yang telah meningga dunia.
Kegiatan
ini tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga tapi oleh semua keluarga yang
memilki keluarga yang sudah meninggal dunia. Hal ini menyebabkan
permintaan akan kebutuhan beras meningkat. Naiknya permintaan beras tidak
diikuti bertambahnya jumlah beras di pasar hal inilah yang menyebabkan harga beras terus merangkak naik.
Tentu
menjadi hal yang sulit apabila kita ingin mengendalikan harga barang karena
selama ini barang-barang yang melonjak naik adalah barang-barang kebutuhan
rumah tangga yang jumlah penawaran di pasar berkurang karena jumlah barangnya
memang berkurang karena sebab-sebab tertentu seperti yang sudah saya sebutkan
di atas tadi.
Apabila
kita ingin mengendalikan harga salah satu caranya adalah dengan menambah jumlah
penawaran di pasar yang artinya kita menambah jumlah stok barang tersebut di
pasar atau dengan menekan permintaan akan barang tersebut. Seperti
bunyi hukum permintaan dan penawaran “apabila penawaran akan suatu barang
semakin bertambah namun permintaan akan barang tersebut berkurang maka harga
barang akan turun” sedangkan apabila “ permintaan meningkat namun penawaran
berkurang maka harga barang akan naik”. Jadi cara yang dapat
dilakukaan agar harga tidak terus naik adalah berusaha agar jumlah penawaran
melebihi jumlah permintaan di pasar.
2. Lemahnya Antisipasi Kenaikan
Harga Saat Ramadhan
Kenaikan
harga pokok saat lebaran ini polanya sudah berulang-ulang tiap tahun, apakah
pemerintah tidak bisa mengantisipasi hal tersebut, strategi pemerintah tiap
tahun selalu sama, yakni operasi pasar. Tahun ini, pemerintah menyediakan stok
beras 500.000 ton untuk operasi pasar.
Jika
stok Bulog tidak mencukupi, pemerintah pun memutuskan untuk impor, padahal kita
ini adalah terkenal dengan swasembada beras. Kalau terus berulang dan tidak ada
solusi, berarti pemerintah telah kalah dengan pasar serta pemerintah tidak mau
serius untuk meredam kenaikan harga pokok ini.
Jangan
lupa pula, melambungnya harga bahan kebutuhan pokok juga akibat buruk
infrastruktur. Saluran distribusi terganggu karena banyak jalan yang berlobang
dan tidak terawat serta naiknya harga BBM sehingga biaya produksi naik. Siapa
yang menanggung kenaikan biaya tersebut? Tentunya konsumen yang posisi tawarnya
lemah. Pemerintah sebenarnarnya sudah sabar betul.
Namun, sampai saat ini
langkah konkritnya masih dipertanyakan. Pemerintah sibuk dengan hal-hal yang
tidak penting, seharusnya pemerintah memiliki jurus pamungkas untuk meredam
kenaikan harga di bulan Ramadhan ini sehingga melonjatnya harga dapat di
seimbangkan untuk kesejahteraan rakyat kecil.
Ketika
bulan Ramadhan datang, bukankah seharusnya komsumsi kebutuhan pokok berkurang.
Tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada masyarakat kita. Berdasarkan riset
Nielsen, selama bulan puasa, belanja konsumen kelas bawah justru naik 30%
sementara kelas menengah naik 16%. Sikap konsumen tersebut tentunya
mempengaruhi harga. Konsumsi tersebut seharusnya dapat dikendalikan.
3. Harga
Melambung Akibat Ekonomi yang Buruk
Harga yang
terus menerus mengalami kenaikan menjadi masalah di tatanan masyarakat, karena
kenaikan harga tidak sesuai dengan pendapatan yang di hasilkan
masyarakat. Hal ini di sebabkan karena perekonomian yang sangat buruk di negeri
ini.
Apabila penghasilan
masyarakat sesuai kenaikan harga-harga, mungkin kenaikan harga bukan menjadi
masalah bagi masyarakat. Tetapi perekonomian yang buruk ini tidak mungkin
mewujudkan pendapatan masyarakat sesuai. Masyrakat (rakyat miskin) adalah kelompok
masyarakat yang paling merasakan kesengsaraan apabila terjadi kenaikan harga.
Kita bisa
lihat seperti, petani, buruh dan kaum miskin kota yang di kebiasaannya saja
sangat susah mencari kehidupan, konon lagi apabila harga-harga naik. Sedangkan
negara yang kondisinya sedang dilanda utang luar negri yang sangat besar
tidak bisa berbuat apa-apa untuk konsisi ini.
Banyak
faktor yang mempengaruhi hal ini, mungkin apabila kita melihat historis di
Indonesia, tidak mungkin Rakyat Indonesia kekurangan untuk sumber
kehidupan seperti sembako. Namun, ini lah kenyataanya, dan kenapa ini bisa
terjadi?
Pertama, Indonesia
yang dulunya negara agraris telah berubah menjadi negara Industrialis,
sehinggah habisnya lahan-lahan pertanian akibat lahirnya perusahaan baru yang
menyebabkan lahan pertanian menjadi perkebunan.
Kedua, tidak adanya upaya pemerintah untuk
meningkatkan perekonomian dengan membangun suatu perekonomian mandiri yang
mementingkan kepentingan rakyat
Ketiga, adanya
faktor asing dengan UU No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal asing untuk mengelolah segala
sumberdaya alam Indonesia seperti pertambangan, perkebuna, pertanian, dan
perminyakan. Dengan ketentuan hasil Indonesia 20% dan asing 80%. Jadi tidak
heran apabila Indonesia sering kekurangan beras dan minyak, yang mengakibatkan
bahan-bahan pokok pun membumbung tinggi. Akibatnya secara perlahan Indonesia
telah diakuisisi.
4. Peranan
Pemerintah Dalam Pengendalian Ekonomi Pasar
Sudah bukan
baru lagi setiap menjelang puasa dan lebaran, kebutuhan bahan pokok
selalu membumbung tinggi harganya. hal ini memicu inflasi di dalam masyarakat
utamanya yang berpenghasilan rendah. Ada beberapa hal yang membuat kenaikkan
harga-harga bahan pokok di pasar, antara lain:
- Permainan di tingkat tengkulak, distributor yang melenyapkan suplai barang di pasaran
- Sistem permintaan dan penawaran sangat bebas, tidak ada adab/perilaku yang berpijak pada akhlak mulia yang mengutamakan masyarakat sebagai pihak yang dipenuhi kebutuhannya alias terlalu kapitalis.
- Pemerintah/penguasa sebagai pihak pengatur tidak berperanan penting dalam mengendalikan ekonomi rakyat, yang seharusnya berkuasa penuh dalam memberikan jaminan akan kebutuhan dasar rakyatnya. Seperti sembako sehingga harga-harga terlalu bebas diserahkan oleh pasar sebagai pengendali utama, kalaupun ada operasi pasar sifatnya sebagai shock therapy saja.
0 comments:
Post a Comment