Salah satu potensi penghalang pada pembelajaran kooperatif adalah munculnya “pengendara bebas” dalam kelompok (Slavin, 2005). Pembelajaran kooperatif pada umumnya memberikan tugas kepada
kelompok siswa untuk dikerjakan secara bersama-sama oleh
semua anggota kelompok. Namun seringkali ditemui tugas
kelompok hanya dikerjakan oleh anggota tertentu, sedangkan anggota lain tidak terlibat.
Hasil
pekerjaan salah satu anggota kelompok kemudian dianggap sebagai
hasil kerja kelompok.
Hal ini sangat
menguntungkan bagi anggota kelompok
yang tidak terlibat. Ia mendapatkan keuntungan dalam kelompok padahal ia tidak bekerja dan
berkontribusi sama sekali dalam kelompoknya. Anggota kelompok yang tidak terlibat dalam kerja
kelompok tetapi mendapat keuntungan dari kelompoknya inilah yang disebut
sebagai pengendara bebas.
Pengendara bebas dalam pembelajaran kooperatif dapat dihindari dengan menerapkan pembagian tugas dan
tanggung jawab berbeda kepada setiap anggota kelompok. Pembagian tugas yang berbeda
membuat setiap anggota
kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Setiap
anggota kelompok harus bekerja dan
berkontribusi bagi kelompok
agar mencapai hasil
optimal. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh usaha
semua anggota kelompok. Jika ada salah satu anggota
kelompok tidak bekerja
dengan baik maka
akan berdampak pada hasil kelompok
secara keseluruhan.
Jika
ada salah satu anggota kelompok tidak
terlibat, atau dengan
kata lain ia
menjadi pengendara bebas, ia tidak mengerjakan bagian tugas yang
diberikan kepadanya, maka hasil kelompok menjadi tidak maksimal karena ada
bagian yang hilang
yaitu bagian yang tidak dikerjakan oleh
anggota kelompok itu. Hal itu
dapat merugikan semua anggota kelompok termasuk anggota
kelompok yang tidak terlibat.
Jadi,
pembagian tugas dapat mendorong semua
anggota kelompok terlibat
dalam kerja kelompok agar tercapai hasil
terbaik bagi kelompok yang menguntungkan semua
anggota kelompok.
Berdasarkan pemikiran itu, dikembangkanlah model-model kooperatif dengan
spesialisasi tugas, diantaranya
metode Jigsaw, Group Investigation,
atau Co-op Co-op (Slavin, 2005).
Penelitian paling
luas dan sukses
dari metode-metode spesialisasi
tugas adalah Group Investigation. Model
pembelajaran kooperatif ini berasal dari jamannya
Dewey, kemudian diperbaharui
dan diteliti pada
beberapa tahun terakhir oleh
Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-Lazarowitz di Israel (Slavin, 2005).
Dasar
pemikiran tentang pembelajaran Group Investigation dikemukakan oleh Dewey (Slavin, 2005) yang berpandangan bahwa kooperasi di dalam kelas merupakan sebuah
prasyarat untuk bisa
menghadapi masalah kehidupan
yang kompleks dalam masyarakat
demokrasi.
Menurut Dewey (Arends, 2007), kelas seharusnya mencerminkan masyarakat yang
lebih luas dan menjadi laboratorium bagi
pembelajaran kehidupan nyata. Dewey (Slavin, 2005) juga mengungkapkan
bahwa kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif bagi guru dan siswa untuk membangun proses
pembelajaran, didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman,
kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing.
Menurut
Sharan and Sharan (dalam Slavin 2005: 24)
“Group Investigation merupakan perencanan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif”.
Dalam
model ini siswa dibebaskan untuk membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri
dari dua sampai enam orang anggota, yang kemudian memilih topik-topik yang akan
dipelajari seta membahasanya sampai akhirnya menyimpulkan hasil pembahasan
tersebut.
Group Investigation diimplementasikan melalui
tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan Group Investigation dikembangkan
oleh beberapa ahli diantaranya oleh Robert Slavin, Shlomo dan
Yael Sharan, serta Bruce Joyce dan koleganya. Menurut
Slavin (2005: 218) dalam Group
Investigation para murid bekerja melalui enam tahap yaitu:
- Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok
- Merencanakan tugas yang akan dipelajari
- Melaksanakan investigasi
- Menyiapkan laporan akhir
- Mempresentasikan laporan akhir
- Evaluasi
Slavin
(2005: 215) mengatakan bahwa:
“Group investigation tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas”.
Referensi:
Arends,
R. I. 2007. Learning to Teach. New
York: McGraw Hill.
Slavin,
R E. 2005. Cooperative Learning Teori,
Riset, dan Praktik. Terjemahan oleh Nurulita. 2010. Bandung: Penerbit Nusa
Media.
0 comments:
Post a Comment