Di
dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan bahwa, kata konvensional
mempunyai arti “tradisional”.
Gilstrap
dan Martin (dalam Abdul Azis Wahab,
2009:
88) “Metode ceramah yang dalam istilah
asing disebut ‘lecture’ berasal dari kata Latin:
lego (legere, lectus) yang
berarti membaca. Kemudian lego
diartikan secara umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan
pelajaran dengan membaca dari buku dan mendektekan pelajaran dengan penggunaan
buku kemudian menjadi “lecture method”
atau metode ceramah”.
Masih
menurut Abdul Azis Wahab (2009: 89) “Ceramah merupakan salah satu bentuk lain
pengajaran ekspositori yang cenderung membuat siswa pasif atau tidak aktif”.
Menurut
Roestiyah N. K (2008: 137) “Cara
mengajar dengan ceramah dapat dikatakan
juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau informasi,
atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan”.
Jadi
Model Konvensional sering juga disebut metode ceramah, yaitu merupakan cara
penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penjelasan lisan secara langsung
terhadap siswa dan pembelajaran dimulai dari penyajian informasi, pemberian ilustrasi dan
contoh soal, latihan
soal-soal sampai pada akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan telah
dimengerti oleh siswa.
Perlu diperhatikan di dalam konsep ini bahwa meskipun pembelajaran
konvensional (tradisional) tidak dapat
dikatakan lebih jelek dari pembelajaran kooperatif. Terkadang pembelajaran
konvensional lebih tepat digunakan daripada pembelajaran kooperatif.
Contoh:
Dalam pembelajaran yang membahas konsep-konsep baru yang belum pernah
dipelajari siswa sebelumnya, seorang guru lebih tepat menggunakan model
pembelajaran konvensional untuk memberikan pemahaman kepada siswa.
Sehingga kesimpulannya di sini, tidak bisa dikatakan secara mutlak bahwa
pembelajaran konvensional lebih jelek daripada pembelajaran kooperatif. Dalam
kondisi tertentu pembelajaran konvensional lebih efektif digunakan dalam
pembelajaran.
0 comments:
Post a Comment