Dick
& Basu (1994) dalam Tjiptono (2007) menjelaskan loyalitas mencangkup dua
komponen yang penting, yaitu berupa loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas
sebagai sikap. Kombinasi dari dua komponen tersebut akan menghasilkan empat
situasi kemungkinan loyalitas, yaitu: no loyalty, spurious loyalty,
latent loyalty, dan loyalty”.
Tjiptono (2007) menjelaskan empat situasi kemungkinan loyalitas dari Dick & Basu (1994), sebagai berikut:
Tjiptono (2007) menjelaskan empat situasi kemungkinan loyalitas dari Dick & Basu (1994), sebagai berikut:
1. No Loyalty
Hal
ini dapat terjadi bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama
lemah, maka loyalitas tidak terbentuk.
2. Spurious Loyalty
Keadaan
seperti ini ditandai dengan pengaruh non sikap terhadap perilaku, seperti norma
subjektif dan faktor situasional. Situasi semacam ini dapat dikatakan pula inertia,
dimana konsumen sulit membedakan berbagai merk dalam kategori produk dengan
tingkat keterlibatan rendah. Sehingga pembelian ulang di lakukan atas dasar
pertimbangan situasional, seperti familiarity (dikarenakan penempatan
produk yang strategis pada rak pajangan, lokasi outlet di pusat perbelanjaan).
3. Latent Loyalty
Situsi
latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian
ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini
disebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan
cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang
4. Loyalty
Situasi ini merupakan situasi yang ideal
yang paling di harapkan para pemasar. Di mana konsumen bersikap positif
terhadap produk atau produsen dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.
Tandjung (2004) mengatakan ada empat jenis loyalitas pelanggan, sebagai berikut:
1. No Loyality
Konsumen seperti ini jarang berbelanja
ke tempat yang sama untuk yang ke dua kalinya. Umumnya mereka selalu berganti-ganti
tempat.
2. Inertia Loyality
Konsumen jenis ini membeli sesuatu
karena faktor kebiasaan. Biasanya, menggunakan produk tertentu atau karena
sudah merasa cocok. Dengan fanatik ini, konsumen tidak mau pindah membeli di
tempat lain.
Syarat untuk menjadikan konsumen seperti
ini sebenarnya sederhana saja, yaitu asal konsumen tidak kecewa. Sebaliknya,
untuk meningkatkan loyalitas mereka, pemasar harus meningkatkan diferensiasi
produk atau dipersepsi produk tersebut cukup berkualitas.
3. Latent Loyality
Konsumen seperti ini mempunyai tingkat
pembelian ulang yang rendah. Faktor situasi menyebabkan seseorang akan
melakukan pembelian atau tidak sama sekali. Konsumen yang masuk dalam kategori
ini menjadi loyal karena situasi atau keadaan yang memaksanya membeli atau
menggunakan barang atau jasa.
4. Premium Loyality
Konsumen sangat bangga terhadap produk
yang digunakan. Bahkan, mereka mereferensikan kepada teman dan keluarganya.
Konsumen seperti ini merupakan alat promosi gratis bagi perusahaan. Tingkat
loyalitasnya sudah tidak perlu diragukan lagi.
0 comments:
Post a Comment