A. Latar Belakang
Kebudayaan nasional yang didukung
oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang luhur dan beradab yang merupakan
nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap
aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah
tangga, jasa pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan
perternakan, pertarnian holtikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan
hidup sehingga terjadi kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan yang dinamis.
Kurikulum kecuali mengacu pada
karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan teknologi pada zamannya juga
mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan kurikulum atas dasar
acuan keadaan masyarakat tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“. Kurikulum
muatan lokal keberadaan di Indonesia telah dikuatkan dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987
tanggal 11 Juli 1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87
tertanggal 7 Oktober 1987.
B. Pengertian Muatan Lokal
Menurut surat keputusan tersebut
yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi
dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
Menurut sejarah, sebelum ada
sekolah formal, pendidikan yang berprogram muatan lokal telah dilaksanakan oleh
para orang tua peserta didik dengan metode drill dan dengan trial and error
serta berdasarkan berbagai pengalaman yang mereka hayati. Tujuan pendidikan
mereka terutama agar anak-anak mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Bahan yang
diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada dialam
sekitar. Sedang kriteria keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup
mandiri.
C. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum tujuan program
pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan
yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia
melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan
kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat.
1. Tujuan langsung
- Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
- Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
- Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
- Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
2. Tujuan tak langsung
- Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
- Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya sendiri.
D. Pengembangan Muatan Lokal
Bahan muatan lokal dapat
tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian dan ketrampilan,
bahasa daerah dan inggris. Sedang bahan muatan lokal yang dilaksanakan secara
ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan dalam lingkungannya.
Dalam pelaksanaan proses
pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen. Menyusun perencanaan
muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode, media,
dana dan evaluasi.
Merencanakan bahan muatan lokal
yang akan diajarkan antara lain dengan:
- Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal
- Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut: a) sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik, b) tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku, c) letaknya terjangkau dari sekolah, d) ada narasumber baik di dalam maupun diluar sekolah, e) bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut.
- Menyusun GBPP yang bersangkutan
- Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis
- Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
E. Faktor
Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Muatan Lokal
1. Faktor Penghambat
- Sifat dari pelajaran muatan lokal itu sendiri sebagian besar memberi tekanan pada pembinaan tingkah laku afektif dan psikomotor.
- Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan muatan lokal memerlukan pengorrganisasian secara khusus karena melibatkan pihak-pihak lain selain sekolah.
- Dilihat dari segi proses belajar mengajar, pelaksanaan muatan lokal menggunakan pendekatan keterampilan proses dan CBSA.
- Sistem ujian dan ijazah yang diselenggarakan disekolah-sekolah umumnya masih menciptakan iklim pengajaran yang memberikan tekanan lebih pada mata pelajaran akademik, sedangkan pelajaran-pelajaran yang memberikan bekal prakits kepada peserta didk dianggap bersifat fakulatif.
- Sarana penunjang tertentu bagi pelaksanaan muatan lokal secara optimal kebanyakan tidak dimiliki oleh sekolah, dan mungkin juga tidak tersedia di masyarakat (misalnya untuk keperluan stimulasi)
2. Faktor Penunjang
- Adanya keinginan dari kebanyakan peserta didik untuk cepat memperoleh bekal kerja dan pekerjaan apa pun yang membawa hasil.
- Materi muatan lokal yang dapat dijadikan sasaran belajar cukup banyak tersedia baik macamnya maupun penyebarannya di semua daerah, sehingga penentuan daerah perintisan maupun tidak diseminasinya tidak sulit.
- Ketenagaan yang bervariasi yang partisivasinya dapat menunjanng dan dapat dilibatkan dalam penyelenggaraan muatan lokal tidak sulit ditemukan pada semua daerah/lokasi.
- Adanya materi muatan lokal yang sudah tercantum sebagai materi kurikulum dan sudah dilaksanakan secara rutin, hanya tinggal pembenahan efektifitasnya yang perlu ditingkatkan.
- Media massa khususnya media komunokasi visual seperti TV, dan video sudah tidak sulit untuk dimanfaatkan guna penyebaran informasi berupa contoh-contoh model pelaksanaannya muatan lokal yang berhasil, dengan demikian ide tentang muatan lokal lebih cepat memasyarakat.
0 comments:
Post a Comment