Distribusi Pendapatan dalam Islam menduduki posisi
yang penting karena pembahasan distribusi pendapatan tidak hanya berkaitan
dengan aspek ekonomi akan tetapi juga berkaitan dengan aspek sosial dan aspek
politik.
Sebenarnya konsep ekonomi islam tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi, dimana ukuran berdasarkan atas jumlah harta kepemilikan, akan tetatpi bagaimana bisa mendistribusikan penggunaan potensi kemanusiaan, berupa penghargaan hak hidup dalam kehidupan. Distribusi harta tidak akan mempunyai dampak yang signifikan kalau tidak ada kesadaran antara sesama manusia akan kesamaan hak hidup.
Sebenarnya konsep ekonomi islam tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi, dimana ukuran berdasarkan atas jumlah harta kepemilikan, akan tetatpi bagaimana bisa mendistribusikan penggunaan potensi kemanusiaan, berupa penghargaan hak hidup dalam kehidupan. Distribusi harta tidak akan mempunyai dampak yang signifikan kalau tidak ada kesadaran antara sesama manusia akan kesamaan hak hidup.
Oleh karena itu dalam distribusi
pendapatan berhubungan dengan beberapa masalah, bagaimana mengatur distribusi
pendapatan dan penyalurannya kepada masyarakat? Dalam Islam telah dianjurka
untuk melaksanakan zakat, infak dan shadaqah dan lian sebagainya.
Kemudian baitul mal membagikan kepada orang-orang yang membutuhkan untuk meringankan beban hidup, dengan cara memberi bantuan langhsung ataupun tidak langsung. Islam tidak mengarahkan distribusi pendapatan yang sama rata, letak pemerataan dalam Islam adalah keadilan atas dasar maslahah; dimana di antara satu orang dengan orang lain dalam kedudukan sama atau berbeda, mampu atau tidak mampu bisa saling menyantuni, maenghargai dan menghormati peran masing-masing.
Semua keadaan di atas akan terealisasi apabila masing-masing individu sadar terhadap eksistensinya di hadapan Allah SWT.
Kemudian baitul mal membagikan kepada orang-orang yang membutuhkan untuk meringankan beban hidup, dengan cara memberi bantuan langhsung ataupun tidak langsung. Islam tidak mengarahkan distribusi pendapatan yang sama rata, letak pemerataan dalam Islam adalah keadilan atas dasar maslahah; dimana di antara satu orang dengan orang lain dalam kedudukan sama atau berbeda, mampu atau tidak mampu bisa saling menyantuni, maenghargai dan menghormati peran masing-masing.
Semua keadaan di atas akan terealisasi apabila masing-masing individu sadar terhadap eksistensinya di hadapan Allah SWT.
Konsep
Moral Islam Dalam Sistem Distribusi Pendapatan
Islam menyadari bahwa pengakuan akan
kepemilikan adalah hal yang sangat penting. Setiap hasil ekonomi seorang muslim
dapat menjadi hak miliknya karena hal itu menjadi motivasi dasar atas setiap
aktivitasnya, dimana motivasi ini membimbing manusia untuk terus berkompetisi
dalam menggapai kepemilikanya.
Tetapi kepemilikan manusia hanya diberi hak kepemilikan terbatas yaitu hanya berwenang untuk memanfaatkan sedangkan pemilik yang hakiki dan absolut hanyalah Allah Azza wa Jalla seperti dalam firman-Nya:
Tetapi kepemilikan manusia hanya diberi hak kepemilikan terbatas yaitu hanya berwenang untuk memanfaatkan sedangkan pemilik yang hakiki dan absolut hanyalah Allah Azza wa Jalla seperti dalam firman-Nya:
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha perkasa atas segala sesuatu, (Ali Imran :189)
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam
“suatu ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam bertanya kepada para sahabatnya : Kepada siapakah di antara kamu harta milik ahli warisnya lebih berharga daripada miliknya sendiri ? Mereka menjawab : setiap orang menganggap harta miliknya sendiri lebih berharga daripada milik ahli warisnya. Kemudian nabi bersabda : Hartamu adalah apa yang kamu gunakan dan harta ahli warismu adalah yang tidak kamu gunakan. (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)
Kepemilikan dalam ekonomi Islam dibagi menjadi:
- Kepemilikan Umum (al milkiyyah al ammah / collective property) - Kepemilikan umum meliputi semua sumber, baik yang keras, cair maupun gas, minyak bumi, besi, tembaga, emas, dan temasuk yang tersimpan di perut bumi dan semua bentuk energi, juga industri berat yang menjadikan energi sebagai komponen utamanya.
- Kepemilikan Negara (state property) - Kepemilikan Negara meliputi semua kekayaan yang diambil Negara seperti pajak dengan segala bentuknya serta perdagangan, industri, dan pertanian yang diupayakan Negara diluar kepemilikan umum, yang semuanya dibiayai oleh Negara sesuai dengan kepentingan Negara.
- Kepemilikan Individu - Kepemilikan ini dapat dikelola oleh setiap individu atau setiap orang sesuai dengan hukum atau norma syariat
Distribusi
Pendapatan
Kebutuhan menjadi alasan untuk mencapai
pendapartan minimum. Sedangkan kecukupan dalam standar hidup yang baik adalah
hal yang mendasari system distribusi-redistribusi pendapatan baru dikaitkan
dengan kerja dan kepemilikan pribadi.
Proses
redistribusi pendapatan dalam islam mengamini banyak hal yang berkaitan dengan
moral endogeneity (faktor dari dalam), signifikansi dan batasan-batasan
tertentu, di antaranya:
- Sebagaimana utilitanrianisme, mempromosikan “greatest good for greteast number of people”, dengan good dan utility diharmonisasikan dengan pengertian halal-haram, peruntungan manusia dan peningkatan utility manusia adalah tujuan utama dari tujuanpembangunan ekonomi.
- Liberitarian dan Marxism, pertobatan dan penebusan dosa adalah salah satu hal yang mendasari diterapkanya proses redistribusi pendapatan. Dalam aturan main syariah akan ditemukan sejumlah instrument yag mewajibkan seseorang muslim untuk mendistribusikan kekayaannya sebagai akibat melakukan kesalahan (dosa).
- Sistem redistribusi diarahkan untuk berlaku sebagai faktor pengurang dari adanya pihak yang merasa dalam keadaan merugi atau gagal. Kondisi seperti ini hamper bisa dipastikan berlaku setiap komunitas.
- Mekanisme redistribusi berlaku secara istimewa, walaupun pada realitasnya distribusi adalah proses transfer kekayaan searah, namun pada hakekatnya tidak demikian. Disini pun terjadi mekanisme pertukaran, hanya saja objek yang menjadi alat tukardari kekayaan yang ditransfer berlaku di akhirat nanti (pahala). Dengan demikian, logikanya memberikan pengertian bahwa dengan berbuat baik sekarang dan bertobat karena melakukan dosa, kemudian mentransfer sebagian harta, maka senagai alat penukar pengganti adalah pahala di di akhirat. Ini tentunya bukanlah mekanisme dari market exchanes akan tetapi pertukaran yang terjadi anatara orang yang beriman dengan Tuhannya
Distribusi Pendapatan Dalam Konteks
Rumah Tangga (Household)
Distribusi
pendapatan dalam konteks rumah tangga tidak terlepas dari terminolgi shadaqah.
Pengertian shadaqah di sini bukan berarti sedekah dalam konteks pengertian
bahasa Indonesia. Karena shadaqah dalam kontek terminology Al-Qur’an dapat dipahami
dalam dua aspek, yaitu: pertama: shodaqah wajibah yang berarti
bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen
distribusi pendapatan berbasis kewajiban.
Untuk kategori ini bisa berarti kewajiban personal seseorang sebagai muslim, seperti warisan dan bisa juga berarti kewajiban seorang muslim dengan muslim lainnya. Kedua: shadaqah nafilah (sunnah) yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan berbasis amal karikatif, seperti:
Untuk kategori ini bisa berarti kewajiban personal seseorang sebagai muslim, seperti warisan dan bisa juga berarti kewajiban seorang muslim dengan muslim lainnya. Kedua: shadaqah nafilah (sunnah) yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan berbasis amal karikatif, seperti:
- Shadaqah Wajibah (wajib dan khusus dikenakan bagi orang muslim) yaitu: a) Nafaqah, b) Zakat, c) Udhiyah, d) Warisan, e) Musaadah, f) Jiwar, g) Diyafah.
- Shadaqah Nafilah (sunnah dan khusus dikenakan bagiorang muslim) yaitu: a) Infak, b) Aqiqah, c) Wakaf, d) Wasiat.
Kemudian
distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga juga berkaitan dengan
terminology had/hudud atau pertaubatan dalam perbuatan dosa.
Dengan berwujud kafarat dan dam (diyat).kedua hal tersebut merupakan satu
bentuk hukuman yang bernuansa distribusi-redistribusi pendapatan. Dalam hal ini
nampak jelas Islam memberikan pelajaran kepada kita bahwa dengan memberi dan
menolong orang lain berarti seseorang telah memberi dan menolong dirinya
sendiri.
Selain
itu, distribusi pendapatan juga dapat di lakukan dengan melakukan transaksi
pinjam-meminjam, sewa-menyewa, upah, dan jual beli. Dalam ajaran Islam
mendistribusikan pendapatan rumah tangga ada skala prioritas yang ketat.
Dari kepemilikan asset yang dimiliki pertama yang harus dikeluarkan atau didistribusikan adalah (1) membayar utang, (2) membayar zakat, ketika asset tersebut sudah memenuhi syarat barang yang wajib dizakati, baik nisab maupun haul. Sedangkan pendistribusian lain seperti: infaq, udhiyah, wakaf dan wakaf dilakukan setelah terpenuhinya kewajiban zakat.
Pelaksanaannya sepenuhnya diserahkan kepada keleluasaan setiap muslim, pemerintah tidak berperan dalm hal ini. Dalam hal warisan,dilaksanakan setelah pemilik aset atau harta meninggal dunia
Dari kepemilikan asset yang dimiliki pertama yang harus dikeluarkan atau didistribusikan adalah (1) membayar utang, (2) membayar zakat, ketika asset tersebut sudah memenuhi syarat barang yang wajib dizakati, baik nisab maupun haul. Sedangkan pendistribusian lain seperti: infaq, udhiyah, wakaf dan wakaf dilakukan setelah terpenuhinya kewajiban zakat.
Pelaksanaannya sepenuhnya diserahkan kepada keleluasaan setiap muslim, pemerintah tidak berperan dalm hal ini. Dalam hal warisan,dilaksanakan setelah pemilik aset atau harta meninggal dunia
Distribusi
Pendapatan Dalam Konsep Negara
Prisnsip-prinsip
ekonomi
yang dibangun di atas nilai moral islam mencanangkan kepentingan
distribusi pendpatan secara adil.pada sarjana muslim banyak membicarakan
objektivitas perekonomian berbasis Islampada level negara terkait
dengan, penjaminan level minimum kehidupan bangsa bagi mereka yang
berpendapatan
di bawah kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar.
Negara wajib bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan materi bagi lingkungan social maupun individu dengan memaksimalkan pemanfaatan atas sumber daya yang tersedia. Karena itu Negara wajib mengeluarkan kebijakanyang mengupayakan stabilitas ekonomi, kesetaraan, ketenaga kerjaan pembangunan social ekonomi dan lain sebagainya.
Negara juga bertanggung jawab atas manejemen.kepemilikan publikyang pemanfaatannya diarahkan untuk seluruhanggota social, menahbiskan yang baik dan mencegah yang buruk bagimasyarakat secara umum, memproteksi dan mereservasimoral komitmen seluruh bangsa.
Negara wajib bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan materi bagi lingkungan social maupun individu dengan memaksimalkan pemanfaatan atas sumber daya yang tersedia. Karena itu Negara wajib mengeluarkan kebijakanyang mengupayakan stabilitas ekonomi, kesetaraan, ketenaga kerjaan pembangunan social ekonomi dan lain sebagainya.
Negara juga bertanggung jawab atas manejemen.kepemilikan publikyang pemanfaatannya diarahkan untuk seluruhanggota social, menahbiskan yang baik dan mencegah yang buruk bagimasyarakat secara umum, memproteksi dan mereservasimoral komitmen seluruh bangsa.
Startegi
pembangunan berbasis islam menyajikan 3 sistem: 1) sistem penyaringan atau
filter, yang terdiri dari maslahah syar’iyyah dan mekanisme harga di pasar. 2)
mendorong para agen ekonomi untuk melakukan pemuasan kebutuhan tanpa merusak
dan membahayakan lingkungan. 3) rekontruksi terhahadap sosioekonomi, dengan
tujuan pemerataan kesejahteraan, menghindari perbuatan ria, dan mereformasi sistem
keuangan untuk mendukung terwujudnya dua tujuan di atas.
Untuk menciptakan nuansa pasar yang terbuka, berkaitan dengan struktur produksi dan dinamika tenaga kerja, harus diadakan pengoptimalan sumber daya (alam dan manusia). Kemudian dilanjutkan dengan model ekonomi politik dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintahan yang berdampak secara langsung dan tidak langsung kepada distribusi pendapatan.
Untuk menciptakan nuansa pasar yang terbuka, berkaitan dengan struktur produksi dan dinamika tenaga kerja, harus diadakan pengoptimalan sumber daya (alam dan manusia). Kemudian dilanjutkan dengan model ekonomi politik dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintahan yang berdampak secara langsung dan tidak langsung kepada distribusi pendapatan.
Pengelolaan Sumber Daya
Dalam
pengelolaan sumber daya, Negara harus mampu mendistribusikan sumber daya yang
ada dengan baik dan maksimal. Kebijakan distribusi menganut kesamaan dalam
kesempatan kerja, pemerataan kesejahteraan dan pemanfaatan lahan yang menjadi
sector publik
Ajaran
islam memberikan otoritas kepada pemerintah dalam menentukan penggunaan lahan
untuk kepentingan public dan Negara, distribusi tanah kepada sector swasta,
penarikan pajak, subsidi, dan keistimewaannon monetarylainnya yang unsur
legalitasnya dikembalikan kepada aturan syari’ah.semua keistimewaan tersebut
harus diarahkan untuk memenuhi kepentingan publik dan pembebasan kemiskinan.
Kompetisi Pasar dan Redistribusi
Sistem
Perspektif
teori ekonomi menyatakan bahwa pasar adalah salah satu mekanisme yang bisa
dijalankan manusia untuk mengatasi problem ekonomi yang terdiri atas :
produksi, konsumsi dan distribusi. Kepentingan Negara (pemerintah) dalam
pendistribusian pendapatan di pasar adalah bagaimana pemerintah dapat menjamin
pendapatan seluruh bangsanya (baik muslim maupun non musilm)
Model Ekonomi Politik
Kebijakan
ekonomi politik diarahkan untuk melayani kepentingan individu dan umum secara
sekaligus. Model ini menfokuskan kepada keimbangan, harmonisasi dan permanen
dari kedua kepentingan tersebut. Kebijakan ekonomi politk islam juga melayani
kesejahteraanmateri dan kebutuhan spiritual. Kebijakan ini memperhatikan setiap
aktivitas ekonomi individu,selama aktivitas itu berada dalam perencanaan dan
orientasi hanya kepada Allah. Allah SWT berfirman:
“….Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu …” (QS. Al Hasyr :7)
Aspek
ekonomi politik Islam yang dilakukan oleh para khalifah adalah dalam rangka
mengurusi dan melayani umat. Ada dua hal penting yng harus diperhatikan oleh
umat islamuntuk memperoleh kesuksesan system islam dalam distrubusi pendapatan,
yaitu;perilaku konsumsi (mustahik menjadi muzaki) dan pengembangan intermediary
system untuk lebih menyelengggarakan instrument-instrumen kebijakan fiskal
dalam islam yang khusus diproyeksikan untuk distribusi pendapatan.
Apabila dikaitkan dengan Indonesia
Bisa dikatakan bahwa distribusi pendapatan di Indonesia belum merata, masih ada dualisme ekonomi di dalamnya. Ada masyarakat yang kaya raya, tetapi masih banyak juga masyarakat yang masih miskin.
Kesadaran masyarakat Indonesia yang notabene mayoritas beragama Islam, masih kurang untuk melakukan zakat, terutama zakat penghasilan, yaitu 2,5% dari pendapatannya. Zakat yang 2,5% saja masih sulit untuk dipraktikkan, apalagi shodaqoh yang hukumnya sunnah.
Zakat 2,5% ini sebenarnya adalah kewajiban bagi setiap muslim. Zakat tersebut disalurkan kepada masyarakat yang tidak mampu. Dan kami yakin apabila hal ini telah dipraktikkan oleh semua masyarakat Indonesia, insya'Allah tidak ada lagi penduduk miskin di Indonesia.
Apabila dikaitkan dengan Indonesia
Bisa dikatakan bahwa distribusi pendapatan di Indonesia belum merata, masih ada dualisme ekonomi di dalamnya. Ada masyarakat yang kaya raya, tetapi masih banyak juga masyarakat yang masih miskin.
Kesadaran masyarakat Indonesia yang notabene mayoritas beragama Islam, masih kurang untuk melakukan zakat, terutama zakat penghasilan, yaitu 2,5% dari pendapatannya. Zakat yang 2,5% saja masih sulit untuk dipraktikkan, apalagi shodaqoh yang hukumnya sunnah.
Zakat 2,5% ini sebenarnya adalah kewajiban bagi setiap muslim. Zakat tersebut disalurkan kepada masyarakat yang tidak mampu. Dan kami yakin apabila hal ini telah dipraktikkan oleh semua masyarakat Indonesia, insya'Allah tidak ada lagi penduduk miskin di Indonesia.
Saya tertarik dengan tulisan yang berjudul "Distribusi Pendapatan Dalam Islam" ini.
ReplyDeleteSaya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Islam Tentang Ekonomi yang bisa anda kunjungi di Informasi Tentang Ekonomi Syariah